REVIEW BUKU FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Oleh: Rita Wati (Alumni Hukum Universitas Bung Hatta Padang – Angkatan 1992)
DALAM buku ini, filsafat dirumuskan sebagai ilmu yang mempersoalkan segala sesuatu dalam alam semesta ini secara keseluruhan, mendalam, dan sistematis, untuk menemukan kebenarannya yang hakiki.
Sehingga menegaskan bahwa filsafat sebagai sebuah ilmu, yang bersifat umum karena obyek pemikirannya mencakup segala sesuatu yang ada (realitas) dalam alam semesta ini, baik yang berkenaan dengan alam fisik dan manusia, maupun alam metafisik termasuk mengenai Tuhan pencipta alam semesta itu.
Filsafat membahas hal-hal itu secara keseluruhan, artinya bukan bagian-bagian tertentu dari suatu realitas sebagaimana yang biasanya dilakukan oleh ilmu pengetahuan positif.
Setiap ilmu memiliki filsafatnya yang berfungsi memberi arah dan makna bagi ilmu itu.Baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, intinya ialah berpikir. Hubungan Filsafat dengan Agama ilmu yang umum maka filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada, mencakup alam, manusia, dan Tuhan, jawaban yang mendalam terhadap pertanyaan itu akan mempengaruhi orientasi dasar kehidupan manusia.Menurut konsep Barat, antara ilmu pengetahuan dengan agama pada dasarnya merupakan dua hal yang sangat berbeda (kontras), dan malah bertentangan (konflik), Ilmu berhubungan dengan kehidupan duniawi, sedangkan agama sekaligus menyangkut kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat,
Konsep Barat yang ada adalah kehidupan duniawi sedangkan kehidupan akhirat itu hanyalah ilusi, sesuatu yang sebenarnya tidak ada, Filsafat dan ilmu adalah mengenai pengetahuan, sedangkan agama adalah mengenai kepercayaan atau keyakinan, Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan, namun keduanya mempunyai hubungan yang erat. Ilmuan Barat yang sangat yakin bahwa agama tidak akan pernah bisa didamaikan dengan ilmu.
Memang pernah pada suatu masa, yaitu di zaman gelap abad pertengahan, antara ilmu dan agama dipertentangkan dan terjadi permusuhan antara keduanya. konflik adalah karena penganut agama itu keliru dalam memahami makna kalimat (ayat) yang berkaitan dengan filsafat dan fakta ilmiah dalam kitab suci.
Ilmu adalah pengetahuan, tetapi pengetahuan belum tentu merupakan ilmu, sebab pengetahuan dapat diperoleh dengan atau tanpa metode ilmiah, artinya dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari atau berupa informasi yang kita terima dari seseorang yang memiliki kewibawaan atau otoritas tertentu,
Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, pemikiran, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya, Ilmu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika dan bersifat objektif, artinya ilmu pengetahuan didukung oleh bukti-bukti (evidences) yang dapat diverifikasi untuk menjamin keabsahannya, Filsafat ilmu pengetahuan dirumuskan sebagai cabang filsafat yang mempersoalkan secara menyeluruh dan mendasar mengenai segala masalah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai hakekat ilmu pengetahuan, sumber ilmu pengetahuan, metode ilmu pengetahuan, dan kebenaran ilmu pengetahuan.
Pemikiran mengenai alam fisik menimbulkan filsafat alam atau kosmologi; pembahasan mengenai manusia menimbulkan filsafat manusia atau atropologi filsafat; dan Pembahasan mengenai Tuhan menimbulkan filsafat ketuhanan atau teologi. Dalam filsafat manusia antara lain dipertanyakan apakah manusia itu badan atau jiwa atau kesatuan antara keduanya, apakah manusia itu pada hakekatnya bebas atau tidak bebas.
Ontologi itu sangat luas, termasuk alam metafisik, maka persoalan yang menyangkut ilmu pengetahuan juga sangat luas, meliputi ilmu pengetahuan tentang alam fisik dan metafisik. Dalam tradisi intelektual Islam, ada suatu hierarki dan kesalinghubungan antara berbagai disiplin ilmu yang memungkinkan realisasi kesatuan (keesaan) dalam kemajemukan, bukan hanya dalam wilayah iman dan pengalaman keagamaan tetapi juga dalam dunia ilmu pengetahuan.
Ditemukannya tingkatan dan hubungan yang tepat antar berbagai disiplin ilmu merupakan obsesi para tokoh intelektual Islam terkemuka, dari teolog hingga filosof, dari sufi hingga sejarahwan, yang banyak diantara mereka mencurahkan energi intelektualnya pada masalah klasifikasi ilmu yang dijabarkannya bukan hanya dari Al-Quran dan hadis, tetapi juga yang diwarisi dari peradaban-peradaban terdahulu seperti Yunani, Persia, dan India.
Sifat Holistik Dalam upaya memahami dan menjelaskan fenomena alam dan manusia, ternyata sifat saintifik sangat menekankan pentingnya alam fisik (alam natural) sehingga ilmu yang dipandang ilmiah ialah ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) saja, karena ilmu-ilmu itu bersifat nomotetik (bersifat umum dan universal), yang memenuhi hukum kausalitas. berlangsung dalam tradisi pemikiran Barat yang sekuler. Sebenarnya baik sifat saintifik maupun humanistik dari ilmu pengetahuan mempunyai kekuatan dan kelemahan-nya masing-masing.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang membahas keberadaan manusia dalam hubungan- nya dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia dan dengan Tuhan, Ilmu kerohanian sudah jauh tertinggal dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga akibatnya kehidupan sudah serba mesin, atau manusia sudah dikuasai oleh mesin- mesin, atau telah menjadi perpanjangan mesin. Dari perspektif Barat dikenal 3 macam teori kebenaran pengetahuan, yaitu :teori korespondensi, teori koherensi atau konsistensi, dan teori pragmatic, dalam filsafat Barat dikenal beberapa aliran yang mendasari epistemologi Barat itu dan ada beberapa aliran, yaitu: Idealisme dan Rasionalisme, Realisme dan Empirisme, Kritisisme, Positivisme, Post Positivisme. dan Pragmatisme.
Logika adalah cabang filsafat yang memikirkan tentang hakekat berpikir itu sendiri, Logika merupakan cabang ilmu, tetapi juga merupakan dasar yang mutlak bagi eksistensi ilmu yang secara sistematis menyelidiki, merumuskan, dan menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat berpikir dengan tepat, lurus, teratur, suatu jalan pemikiran yang tepat yang sesuai dengan patokan atau aturan logika disebut logis sebaliknya jalan pikiran yang tidak memperhatikan patokan logika itu disebut tidak logis.
Etika dengan moralitas mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi arah atau orientasi mengenai bagaimana kita harus berbuat dalam hidup ini.Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia, sistem nilai itu terkandung dalam ajaran berbentuk nasihat, petuah, pepatah-petitih, peraturan dan semacamnya yang diwariskan secara turun temurun dalam kebudayaan masyarakat tertentu, sedangkan etika merupakan sikap kritis seseorang atau kelompok masyarakat dalam melaksanakan moralitas atau ajaran moral itu.
Buku ini menjelaskan dengan tentang filsafat dan ilmu dengan beberapa kata kunci seperti ILMU, YANG, ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT ILMU, MASALAH, BARAT, ISLAM, dan sebagainya.
SIKAP ILMUAN MUSLIM TERHADAP SAINS MODERN Kritik terhadap Sains Modern Banyak kritik yang telah diarahkan kepada sains Barat atau sains modern, antara lain mengenai apakah benar sains modern itu bersifat obyektif atau bebas nilai, teori obyektif ilmu pengetahuan hanya bisa obyektif jika merujuk kepada suatu realitas yang sama sekali terpisah dari diri kita dan tidak tercampuri dengan keyakinan-keyakinan atau nilai-nilai yang kita yakini.Kritik mengenai sains objektif itu diberikan baik oleh ilmuan Barat sendiri, maupun oleh ilmuan muslim, menurut ilmuan Barat sendiri, seperti Thomas Kuhn, Feyerebend, Hess, dan Polanyi, pandangan bahwa sains bersifat obyektif sudah tidak dapat diterima lagi. Ilmuan muslim seperti Ziauddin Sardar, Seyyed Hossein Nasr, Al-Attas, dan lain-lain, berpendapat bahwa sains tidak mungkin obyektif karena ia berkembang secara tidak ilmiah, Sains tidak mengungkapkan kebenaran karena ia hanya melihat apa yang bisa dilihat dengan alatnya.
Rasionalisme Barat melahirkan para rasionalis yang bertuhankan akal, sedangkan rasionalisme Islam melahirkan rasionalis yang yakin akan keterbatasan akal, epistemologi Barat memandang realitas fisik adalah dominan sehingga segala hal yang bersifat metafisik menjadi tidak penting atau tidak berarti, dan pandangan demikian sangat mendasar kesalahannya, sains modern memandang manusia cenderung diperlakukan sebagai mesin atau perpanjangan mesin, sehingga menyebabkan dehumanisasi.
Epistemologi Barat sekuler telah menyebabkan pula teologi Kristen menjadi sekuler, Thomas Kuhn (bukunya yang terkenal ialah The Structures of Scientic Revolutions) juga mengeritik kelemahan sains modern itu dengan mengemukakan konsep paradigma untuk menjelaskan bagaimana proses kegiatan sains itu sebenarnya. sains modern menunjukkan bahwa sains modern itu memiliki kelemahan yang mendasar, yaitu: Sains modern tidak selalu mampu membantu manusia memahami alam semesta secara seutuhnya, karena sains modern menggunakan pendekatan analitis dan reduksionistis yang mementingkan bagian-bagian, bukan keseluruhan.
Sains yang tidak tepisah dengan agama, dari perspektif agama Islam, semua ilmu pengetahuan bersumber pada Allah SWT, yang diketahui oleh manusia melalui wahyuNya yang tercantum dalam kitab suci Al- Qur”an.Adapun petunjuk-petunjuk Al-Qur”an tentang cara-cara memperoleh pengetahuan atau kebenaran, Al-Qur”an ada beberapa ayat yang menyuruh manusia menggunakan inderanya dalam mencari ilmu pengetahuan, yaitu dengan penggunaan kata-kata seperti: qala (menimbang), qadara (ukuran/ketentuan), dan lain-lain.
Di atas pengetahuan indera masih ada pengetahuan yang lebih tinggi yaitu pengetahuan akal, para ilmuan muslim itu berkembang konsep ilmu (sains) dan filsafat ilmu yang berdiri di atas postulat- postulat Al-Qur”an.
Yang dimaksud dengan Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Ismail Faruqi ialah mengislamkan semua ilmu, baik ilmu kontemporer maupun ilmu-ilmu yang menjadi tradisi Islam, definisi Islamization of Knowledge adalah sebagai “usaha dalam memberikan definisi baru, mengatur data-data, memikir kembali argumen dan rasionalisasi berhubung data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan, dan melakukan semua itu sedemikian rupa sehingga semua disiplin itu memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat bagi cita-cita Islam. Melahirkan segolongan ilmuan yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang tradisi ilmu Islam dan pada waktu yang sama menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan yang modern.
Melalui Pengembangan Epistemologi Islam;Apakah mungkin dikembangkan suatu filsafat sains Islam?, ada penelitian terhadap hal tersebut dan ada beberapa kiat atau ide terhadap pengembangan sains islam untuk masa yang akan datang.
Buku ini menjelaskan dengan tentang filsafat dan ilmu dengan beberapa kata kunci seperti ILMU, YANG, ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT ILMU, MASALAH, BARAT, ISLAM, dan sebagainya ditinjau dari sisi Islam dan Barat dan berbagai permasalahan yang muncul akibat modernisasi memang dapat diselesaikan dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun peran etika juga sangat penting di dalamnya. Alasan strategis, karena pengetahuan secara strategis penting bagi kehidupan manusia. Karena letak pengetahuan yang strategis, epistemologi sangat perlu dipelajari untuk memahami apa sebenarnya pengetahuan itu. Alasannya dari segi budaya, karena pengetahuan merupakan salah satu unsur budaya yang sangat besar peranannya dalam kehidupan seseorang.
akan tetapi terkadang bahasa atau kalimat yang dipakai agak sumir dan tentang kurangnya penjelasan tentang Kristen sekuler.
Buku ini wajib dan menarik untuk dibaca oleh mahasiswa, dosen ataupun masyarakat yang tertarik dengan filsafat dan masyarakat yang berkeinginan untuk membesarkan islam terutama dibidang keilmuan atau sains, karena buku ini juga membahas dan memberikan saran-saran dan petunjuk dari ilmuwan Islam tentang bagaimana cara untuk membuat Islam semakin Berjaya di bidang keilmuwan di masa depan.
NB: PROGRAM DOKTOR ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2022. NIM 2210346758