RR : ” Harusnya Menkeu ( Srimulyani ) diPecat “

www.riaupdate.com

Jakarta, Ketika Jokowi mengungkap bahwa jumlah pesanan (purchase order) produk disektor otomotif melonjak naik hingga 190 persen beberapa waktu yang lalu, mengartikan bahwa industri otomotif mulai bangkit setelah dihantam Pandemi Covid-19, bahkan didalam acara Media Group News ‘CEO & Leadership Summit 2021’ secara virtual, Rabu (7/4), Luhut mengatakan “Kita lihat pertumbuhan ekonomi kuartal I ini mungkin di angka 0,3% minus. Tapi dari ramalan BI (Bank Indonesia) bisa sampai ke 7% karena basisnya lebih rendah,”

Hal ini dibantah oleh Rizal Ramli didalam Podcast YC Bang Arif ( FNN – Hotspot ), bahwa 5,5 % Itu gak mungkin, sebab tren terjadinya kenaikan penjualan mobil itu sementara disebabkan karena diberi keringanan pajak oleh Pemerintah sampai dengan nol ( 0 ) %, itu hanya untuk masyarakat yang pendapatannya On The Margin, dan itu hanya akan bertahan sementara. Ngawur jika ada yang bilang pertumbuhan dikuartal 1 sampai 7 %, karena daya beli masyarakat itu masih merosot, padahal konsumsi publik itu lebih dari 55% dari total GDP. Kenapa daya beli masyarakat anjlok, karena pertumbuhan kredit negatif, sejak bulan Oktober sampai hari ini.

Menurut RR istilahnya uang yang beredar dimasyarakat disedot, sedangkan hutang semakin lama semakin besar, bahkan untuk membayar bunga hutang aja kita harus minjam, termasuk menjual Surat Utang Negara ( SUN ), istilah teknisnya ” Crowding Out “artinya Pemerintah sudah terlalu banyak berhutang, untuk membayarnya Pemerintah musti nyedot likuiditas dari masyarakat. Jadi boro-boro ada peningkatan likuiditas, mustinya kalau ekonomi kita mau tumbuh 6 % maka pertambahan kredit itu minimal 15 %, itu menjelaskan bahwa kita tidak ada daya beli.

foto keakrapan SMI bersama petinggi IMF

Memang ada berita positif dari ekspor, ekspor naik lumayan besar, importnya naik juga walaupun sedikit berkurang. akan tetapi semua indikator yang lainnya masih anjlok. Untuk Kuartal Kedua agak naik sedikit disebabkan adanya lebaran. tetapi itu juga tidak akan bertahan lama. Menurut RR dengan cara – cara penanganan ekonomi seperti ini Pemerintah dinilai tidak mampu membawa Indonesia keluar dari Krisis, karena kebijakannya terbalik balik, contoh Turki dulu ada masalah ekonominya anjlok karena Covid, India dan lain-lain. Apa yang terjadi ? Kebijakannya adalah memompa daya beli Golongan Menengah Kebawah, hal tersebut yang dilakukan oleh Erdogan, itu juga yang dilakukan oleh Perdana Menteri Budi sehingga ekonominya naik lagi, itu yang dilakukan oleh Joe Biden, Paket dia yang Kedua kemarin itu memberikan Stimulus untuk Golongan Menengah Kebawah sehingga mereka punya daya beli, itu yang dilakukan oleh Perdana Menteri Boris Jansen, dia naikin pajak Perusahaan Besar ( orang kaya ), nah pendapatan itu dipakai buat memompa ekonomi golongan bawah. Semua sama, hanya diIndonesia polanya yang terbalik-balik.

Jadi, saat ini pajak orang-orang kaya dikurangin, misalnya pajak sawit, pajak mobil dan lainnya, akan tetapi yang kecil-kecil dia kejar – kejar, bahkan harga Utility di naikkan ( harga gas, listrik, bbm ). Jadi, justru yang masyarakat menengah bawah ditekan sehingga ekonominya makin anjlok, sementara berbagai kemudahan diberikan sama yang besar ( orang-orang kaya ), mereka diberikan tax holiday ( bebas pajak 20 tahun ) sama asing dan lainnya. Jadi boro-boro mempercepat pemulihan ekonomi, ini malah makin membuat ekonomi Indonesia tambah terpuruk semakin dalam.

Diagram Ketahanan Fiskal Indonesia 2021

RR mengatakan bahwa saat ini Pemerintah sudah terlihat panik, defisit anggaran yang tadinya dibawah 3 % GDP udah dinaikin 6 % karena tetap masih mau menjalani proyek-proyek seperti ibu kota baru dan lainnya, dimana-mana didalam krisis mustinya dipangkas dulu, fokus sama yang benar-benar diperlukan saja. Hal ini menunjukkan bahwa Srimulyani selaku Menteri Keuangan tidak berani untuk bilang tidak kepada Presiden. Nah sumbernya dari mana ? ya dengan meminjam lebih besar lagi dan memaksa Bank Indonesia mencetak uang yang mungkin saat ini sudah sampai 1000 triliun, ini semakin lama semakin berbahaya.

Kepanikan tersebut terlihat dari Kebijakan Pemerintah mau mengambil uang Ummat Islam, seperti uang Haji, uang Wakaf dan lainnya, yang akhirnya akan terdesak dan minta tolong sama IMF. Dia ( Srimulyani ) udah panik akibat Pengeluaran jalan terus semakin bertambah, namun Pendapatan Rendah. Singkat cerita RR mengatakan bahwa Belum Pernah dalam sejarah Indonesia ( Tax Ratio ) / GDP serendah ini. (thd)

Sumber : youtube channel bang arif (81,3k Subscribes), cnnindonesia.com/ekonomi/, bizlaw.id dan mediaindonesia.com/ekonomi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

ArabicEnglishIndonesian