L E M P O K

Oleh : K.Suheimi
Saya pernah makan restoran ternama. Baik dalam negeri ataupun luar negeri.
Makananannya enak begitupun suasananya dan harganyapun mahal.
Tapi semua restoran itu belum bisa mengalahkan tempat makan dan suasana nyaman damai di Lempok ditengah sawah ketika panen menyabit padi.
Lampok restoran yang paling mahal akan kalah oleh karena makanan yang paling enak itu adalah kalau kita makan untuk pergi ke Lampok saya berusaha melewati beberapa pematang sawah pematang sawah di Magek itu ramping-ramping dan makin lama makin kecil karenanya saya tergelincir waktu berjalan di pematang itu saya ter-sialir terjerembab basah kaki celana.
Namun keinginan untuk pergi ke Lempok sudah tak tertahankan lagi kena terbayang betapa indahnya makan di atas tumpukan padi yang baru disabit.
Kami lewati pematang demi pematang sawah dan akhirnya saya dibimbing oleh tukang Sabit untuk sampai ke lampok.
Lampok adalah tumpuan dan himpunan padi setelah di Sabit di sawah.
Untuk mencapainya dengan berjuang dan berkeringat di pagi yang dingin itu
kami berjalan melintasi beberapa piring sawah untuk bisa mencapai lampok.
Sesampai di lampok itu terperangah saya duduk di atas tumpukan padi lalu orang-orang pun membawa makanan dan minuman yang luar biasa baunya dan sedap rasanya menusuk hidung dan enak sekali dengan lahap saya habiskan makanan dan minuman yang dibawa oleh orang orang itu dan kami bergembira di bawah hembusan angin dan di atas tumpukan padi terasa benar betapa enaknya makan.
Saya tanya pada teman-teman yang telah pernah makan di Lampok ia mengatakan “makan di lampok itu adalah makan yang paling enak diantara semua makanan atau dari semua restoran restoran yang ada karena kita sudah berkeringat sudah berjuang dan sudah terjatuh dan sudah tergelincir.
Akhirinya kami sampai di lampok-lampok sawah kami itu terletak agak ditengah jadi untuk mencapainya perlu melalui sawah sawah orang lain.
Demikian bernafsunya kita makan badan basah dengan keringat meleleh keringat itu sejak dari ujung rambut itu menambah lezatnya makanan dan di hari itu di hari orang menyabit di hari orang panen inilah kebahagiaan petani.
Setelah menyabit dan menuai lagi dan ketika itulah di bawah embusan angin dibuat tenda-tenda biru karena lampok itu ditutup oleh tenda biru dan tenda biru itu dijadikan tempat kami makan dengan sangat lahap saya ngak bisa pernah melupakan betapa enak dan lezatnya makanan di lampok itu kenangan yang sangat manis adalah ketika berebutan memperebutkan gulai dan sambal.
Satu hari nanti ketika panen saya ingin ke lampok lagi.
Untuk itu ingin saya petikan ayat Quran
Holy Quran 3:14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Profil penulis:

Prof. dr. H. K. Suheimi, Sp.OG adalah alumni SMA Negeri 2 Padang, merupakan seorang Dokter Obgyn yang berpraktik di RS Pekanbaru Medical Centre. Beliau menempuh pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Beliau juga terhimpun dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Adapun layanan medis yang dapat beliau berikan meliputi : Konsultasi mengenai kesehatan Kebidanan dan Kandungan.