HILANG ke LIANG

Oleh: Luzi Diamanda

Bumi meminta anaknya
kembali ke pelukan
hilang, ke liang..
kala cangkul meratakan tanah akhir
bersama rapal doa-doa
menembus langit

Tali darah, saudara, sahabat
sekejap nanap,
berhamburan air mata
kehilangan yang menyiksa,
memiuh perih ke jantung hati
bumi diam, langit tenang
menelan sedu sedan

Kematian,
alangkah mudah mengeja ini kata
Tapi adalah pedang yang mencabik
mengelupaskan kulit,
menggaram mengasami
ketika mendatangi orang
yang bersangkutan hati
atau jua rasa
dengan kita

Hilang, ke liang
Kita bisa apa?
di luar doa tak ada upaya
meski sekedar mengusap jiwa
agar tenang, agar tak hampa

bumi terus berputar
waktu berganti
sunyi, sendiri

Sesekali ada yang menyinggahi
tempat hilang, liang itu
menyemai bunga menyiram air
melirih doa menembus cakrawala
Sesiapa?
Orang-orang terkasih saja
yang lain bisa lupa bisa alfa
meski sekedar menyapa
menyinggahi sepetak tanah
yang liangnya menelan satu nama

Hilang ke liang
Kita bisa apa?
Tuhan pemilik segala.***/2021

Catatan: Luzi Diamanda adalah sastrawan Minang yang lahir di Pariaman 3 Maret 1963. Tamatan SMA Negeri 2 Pariaman tahun 1983, sekarang tinggal di Panam Kota Pekanbaru. Beliau juga seorang wartawan perempuan yang sudah bergabung di PWI lebih 35 tahun. Sekarang Wakil Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) wilayah Riau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

ArabicEnglishIndonesian